Artikel News Update
Menanti Model Sekolah "Dunia Baru"
Bulan Mei akan segera berakhir, jika pada bulan-bulan diluar
masa pandemi covid-19, bulan Mei dan Juni adalah bulan penuh dengan kesibukan
para orang tua yang memiliki anak usia sekolah, dari mencari sekolah hingga
menyediakan perangkat kebutuhan sekolah, karena juli mulai masuk ajaran baru.
Tahun ini berbeda, pengaruh pandemi covid-19 yang sampai
hari ini belum ada tanda-tanda berakhir penyebaran virus ini, menyebabkan
kegamangan dari berbagai pihak, pemerintah sebagai penentu kebijakan agaknya
masih ragu mengambil sikap, walaupun sudah ada wacana "new normal",
tetapi sebagian masyarakat masih ragu bahkan kuatir, terutama bagaimana nasib
anak-anak usia TK dan SD yang justru rentan terkena wabah covid-19.
new normal memang diperlukan, kita tidak mungkin terus
berdiam diri, sektor pendidikan menjadi salah satu objek penting terdampak
covid-19, jika pendidikan tidak mampu bangkit ditengah pandemi ini, kita tidak
bisa membayangkan bagaimana nasib generasi ke depan, nyatanya konsep pendidikan
kita belum mampu beradaptasi dengan situasi sulit seperti adanya pandemi ini,
"pemaksaan" menggunakan teknologi dalam mendukung proses pembelajaran
selama musim pandemi, menyisakan banyak cerita "horor" para orang tua
yang bingung karena tidak semua "melek" teknologi, belum lagi para
guru yang dibuat repot dengan kebijakan sistem belajar online.
Model sekolah "dunia baru" sangat dinanti
masyarakat, kehidupan "normal" yang di wacanakan pemerintah untuk
menggerakan sektor ekonomi perlu mendapat dukungan dari masyarakat, setidaknya
masyarakat sebagai pelaku usaha, karyawan ataupun profesi lain yang gelutinya
untuk mendukung kehidupan keluarga termasuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
jika kita mencoba membuat klaster pendidikan di Indonesia,
maka sekolah setidaknya memiliki 3 klaster, klaster 1 adalah sekolah bagi
mereka para tua yang "kaya" dengan biaya puluhan juta rupiah, klaster
ke-2 adalah sekolah semi "mahal" untuk para orang tua yang
berpenghasilan antara 5 sampai 10 juta perbulan, dan klaster ke-3 adalah
sekolah "gratis" bagi para orang tua yang berpenghasilan rendah
"pas-pasan"
Dari ke-3 Klaster di atas, yang paling terdampak covid-19
adalah klaster "sekolah gratis" yang masih minim perlengkapan sarana
dan prasarana sekolah, tetapi klaster ke-2 dan ke-1 juga sangat mungkin
terdampak, karena bisa jadi penghasil "besar" orang tuanya
terpengaruh kebijakan covid-19.
Kita sangat berharap kepada pemerintah untuk bertindak arif
dalam menentukan kebijakan sekolah "dunia baru", perlunya
mengajak dialog para praktisi dan akademisi pendidikan untuk urun rembug
membuat sekolah ideal dalam tatanan dunia baru, semoga kebijakan pemerintah
yang akan diambil terkait sekolah "dunia baru" akan efektif dan
maksimal untuk menyediakan pendidikan berkualitas demi anak bangsa generasi ke
depan.
wallahu alam
Leave A Comment: